Khamis, 28 Ogos 2008

DI HULU PERMATANG SEPOHONG PAUH

Saya menulis sajak ini semula setelah merasai ada sesuatu yang merusuh di dada. Seharian dan sewaktu-waktu nuansa fikir saya menjadi sebak melihat kerakusan manusia. Entahlah, mungkin ini yang dikata oleh orang tua dahulu bahawa bangsa yang hebat suatu hari nanti akan hancur. Mungkin kitakah, bangsa itu yang sedang menuju kehancuran?


DI HULU PERMATANG SEPOHON PAUH

Sebuah resah adalah pengalaman
setangkai rusuh adalah kenangan
aku terhimpit di antara duanya
merenung ke kanan sebuah syurga yang anggun
menoleh ke kiri sebuah neraka yang jijik

saat memilih antara benar dan palsu
sepasang sayap kelkatu menyambar mimpi
lalu mencampakkannya ke jurang sejarah

di bawah sepohon pauh yang rending
saat angin mendesah pilu
kebenaran telah mati, kataku
kebenaran telah dikuburkan oleh kekuasaan
dan kekuasaan adalah gapura yang agung
tinggi melangit mengakar ke bumi
malah tak tertewas oleh taufan juga halalintar

berdiri di hulu permatang
sambil menghirup segar dan nikmat
kebenaran telah dipusarakan, kataku
kebenaran telah menjadi najis bermahing bangkai
busuknya melengkar ke jinjang hayat
membusung dalam kisah tamadun bangsa

inilah sebuah resah dan setangkai rusuh yang lain
aku karangkan untuk ditatap kenang
sambil membilang sisa hari
lewat menuju marcapada hakiki

di hulu permatang
aku berdiri merenung sepohon pauh
yang bakal dipuggar
kerana ranum buahnya
busuk diracun sumpah laknat

di hulu permatang sepohon pauh
aku merenung wajah langit
menggeggam sekepal tanah
lalu bertanya
Ya Rabb,
kapankan semua ini akan berakhir?

shamsudin othman
madrasah sham al-johori

Tiada ulasan: